Ketika kita mulai semakin kecewa dengan kinerja pemerintah dan lembaga lembaga negara lainya. Kita dibuat mulai tidak bisa mempercayai mereka dengan sekian banyak kasus yang telah terjadi. Bagaimana Mereka mengecewakan rakyatnya dengan segala kegagalan untuk memberikan apa yang masyarakat butuhkan. ini bahkan telah berlaku mulai dari pendidikan dimana Guru kurang mampu membangun moralitas anak muridnya,sehingga banyak kita melihat Mulai dari tawuran dan sexs bebas,Dengan generasi bangsa yang semacam ini kita tau akan kemana arah bangsa ini, semacam regenerasi koruptor pasti akan terus berjalan, Juga dunia kedokteran dimana Rakyat Miskin lebih sulit mendapatkan pelayanan yang baik daripada mereka yang kaya dan berduit, kalo kita melihat bagaimana peebankan di indonesia, yang sering salah mengelola aset, dan lembaga pemeringkat( Investment Grade) yang gagal untuk memberikan penilaian yang akurat tentang risiko investasi yang mungkin merugikan serta sistem hukum yang carut marut, dimana Tampaknya lebih Mengarah kepada kepentingan tertentu daripada keadilan itu sendiri. lain lagi pada sistem ketenaga kerjaaan yang selama ini masih banyak yang tidak sesuai upah minimum Daerah juga kasus perbudakan yang masih ada ditemukan dan pelayanan pelayanan pemerintah lainya yang jauh dari Memuaskan malah terkadang mempersulit . Dari semua ini, apakah kesalahan hanya ada pada semata mata sistem,atau apa?

Dan kekecewaan yang kita alami sebagai penerima layanan,Dari Pengamatan di lapangan ternyata itu juga dialami pula oleh yang juga memeberi pelayanan kepada kita. misalnya kebanyakan dokter sebenarnya ingin melayani semua orang dengan baik atau tidak menjadu tergesa gesa sehingga sebagaian menjadi tidak terurus, akan tetapi mereka tak berdaya ketika dihadapkan dengan tantangan untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan keinginan pasien. apalagi ditambah dengan Adanya Kartu berobat gratis malah Membuat ramah sakit selalu penuh dengan orang orang yang datang untuk masalah yang tidak begitu Berbahaya namun disisi lain harus terpaksa menolak atau merujuk Ke rumah sakit lain pasien yang sedang gawat darurat. Begitupun demgan para guru,merka juga sebenarnya ingin lebih bisa membimbing anak murid mereka dengan dasar dasar Moral yang baik,tapi apa daya, mereka dibebani tanggung jawab untuk agar anak anak murid mereka dapat menjacai target nilai akademik yang disesuaikan pada kurikukum yang berlaku. maka akhirnya hal ini hanya menciptakan penerus bangsa yang hanya pintar dalam bidang akademik tapi kurang pada moral.

Ketika kita mencoba untuk membuat sesuatu yang lebih baik, kita umumnya meraih salah satu dari dua media. media pertama adalah seperangkat aturan dan mekanisme pengawasan administratif yang memberitahu orang apa yang harus dilakukan dan memantau kinerja mereka untuk memastikan mereka melakukan apa yang semestinya. media kedua adalah seperangkat insentifitas yang mendorong kinerja yang baik oleh orang-orang yang berkopetensi untuk itu. Asumsi di balik peraturan dan prosedur yang seara seksama dibangun, dengan pengawasan yang ketat, adalah bahwa bahkan jika orang ingin melakukan hal yang benar, mereka perlu diberitahukan tentang itu. Dan asumsi yang mendasari insentifitas adalah bahwa orang tidak akan termotivasi untuk melakukan hal yang benar kecuali mereka memiliki insentifias diri untuk melakukannya . Dari kedua media ini telah di praktekan, Namun kita tau implemntasi di lapangan Tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, lalu apa kira kira yang kurang,?

maka melalui tulisan ini kita mencoba berupaya untuk menjawab sedikit melalui pemahaman pemahaman yang telah ada. ,melalui buku yang berjudul “Practical wisdom: The Right Way to Do the Right Thing” , walaupun menjelaskan tentang perlunya kedua hal diatas,yaitu aturan dan insentifitas,Tapi aturan dan insentifitas tidak cukup. Keduanya meninggalkan sesuatu yang peling krusial . Ini adalah apa yang filsuf klasik,Aristoteles sebut sebagai “kebijaksanaan praktis”. ini adalah unsur yang tampaknya mulai hilang di era modernitas ini, baik dari segi aturan (tidak peduli seberapa rinci dan mengikatnya aturan tersebut) atau insentif (tidak peduli seberapa pintar orang yang membuat aturan dan yang menjalaninya) akan menjadi kurang effisien untuk memecahkan masalah yang sedang kita hadapi.

Kebijaksanaan praktis memang telah jarang terdengar di telinga modern. Kita cenderung untuk berpikir tentang “kebijaksanaan” sebagai lawan dari “praktis.” Kebijaksanaan adalah tentang abstrak, hal-hal yang dalem seperti “jalan hidup ” ,” kebaikan” atau “kebenaran” atau “tujuan”, dan itu adalah semacam karunia khusus pada orang orang tertentu seperti pada Guru besar filsafat seperti Aristoteles, Plato, berbagi pandangan ini sebagai hikmat adalah teoritis dan abstrak, dan karunia, Tapi Aristoteles sendiri tidak setuju pada pandangan itu. Dia berpikir bahwa praktik dasar sosial kita terus-menerus menuntut pilihan -seperti ketika menjadi setia kepada teman, atau bagaimana untuk menjadi adil, atau bagaimana menghadapi resiko, atau kapan dan bagaimana menjadi marah – dan bahwa membuat pilihan yang tepat menuntut kebijaksanaan . Aristoteles
memberi gagasan kebijaksanaan praktis ini dalam buku klasiknya,yang berjudul Nicomachean Ethics . Etika,menurut Aristoteles,tidak semata mata tentang menetapkan aturan moral dan mengikuti mereka. Ini adalah tentang melakukan praktek sosial tertentu demi kesejahteraan umum, dan bisa dilakukan oleh siapa saja, baik pada orang awam atau dokter atau tentara atau warga negara atau negarawan – dan itu berarti mencari tahu cara yang tepat untuk melakukan hal yang benar dalam situasi tertentu, dengan orang tertentu, di waktu tertentu. adalah termasuk kebijaksanaan praktis.

Etika Aristoteles adalah tentang apa yang kita butuhkan untuk belajar menuju kesuksesesan Menjadi manusia yang hakiki. maka dari itu,Kita perlu mempelajari karakter tertentu seperti kesetiaan, pengendalian diri ,keberanian, keadilan, kemurahan hati ,kelembutan, keramahan, dan kejujuran – dan untuk di zaman sekarang ini juga mesti mencakup ketekunan,integritas, keterbukaan pikiran,ketelitian, dan kebaikan pada siapapun yang pantas untuk menerimanya. Aristoteles menyebut sifat “keunggulan” (arete)-sering diterjemahkan sebagai “kebajikan.” Tapi keunggulan utama – kebajikan di
jantung Etika nya – adalah kebijaksanaan praktis. Tak satu pun dari sifat-sifat lainnya dapat dieksekusi dengan baik tanpa itu.

Mengapa “kebijaksanaan”? Mengapa “praktis”? Mengapa tidak membuat aturan yang Dimana orang orang harus dipaksa untuk mengikutinya? Praktisi hukim paling berpengalaman tahu bahwa aturan tanpa pemahaman yang dalam hanya membawa masyarakat untuk besikap memberontak pada aturan yang tampaknya tak sesuai dengan cara hidup mereka walaupun pada dasarnya itu mungkin baik. coba Pertimbangkan dalam fenomena  dokter. Bagaimana seharusnya dokter memberi kesempatan pada otonomi pasien ketika datang untuk membuat keputusan sendiri,seperti berkata “Dok,aku ingin pulang!” ,padahal kadang-kadang pasien bukan Hakim yang akan memberikan keputusan terbaik dari apa yang diperluka oleh dirinya sendiri?maka dalam kasus ini adalah Bagaimana seharusnya dokter Mengendalikan keinginan pasien untuk menghabiskan cukup waktu dengannya memberian penjelasan penejasalan yang mudah diterima, penuh kasih, dan pengertian dengan kebutuhan untuk melihat pasien Mesti Dirawat Untuk kepentingan kesehatanyan sendiri. Bagaimana seharusnya dokter  menyeimbangkan keinginan untuk memberitahu pasien kebenaran, tidak peduli betapa sulitnya.

Aristoteles mengakui bahwa. bertindak seperti ini memerlukan kebijaksanaan praktis, dan tidak perlu kebijaksanaan abstrak atau dalem . karna dalam kasus kasus tertentu dalam kehidupan yang umam dalam keseharian, Kebijaksanaan memang harus praktis karena masalah yang kita hadapi yang tertanam dalam Kondisi orang yang berbeda beda dan Pekerjaan mereka yang Memfokuskan pikiran mereka terutama hanya untuk itu, bukan pada hikmat dan teori terori etika. Mereka tidak perlu dijelaskan dengan hipotesis yang dibesar besarkan seperti pelajaran di perguruan tinggi etika. sehingga praktisi Mestinya adalah orang yang memiliki kemampuan ini dimana Kemampuan ini diharapkan mampu untuk membuat orang mengambil keputusan yang benar bagi diri orang masing masing . dengan demikian Kebijaksanaan praktis disini ialah kemampuan utuk mengendalikan kemauan Pribadi untuk melakukan hal yang benar dan keterampilan untuk mencari tahu hal hal benar yang belum diketahui. sehingga dalam perkembanganyan ialah menuju pada masyarakat dan sistem yang lebih baik. Dan setidak tidaknya memberi kesadaran akan hal itu.